Tugas Struktur Pertama
(materi raport)
Judul: Teori-Teori Belajar
Disusun sebagai satu tugas struktur yang diwajibkan dalam mengikuti perkuliahan
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Oleh:
Aura Elnisa (0810183144)
Chandrini Faiza Ananda (0310182084)
Seby Anjella (0310183147)
Tiara Wulandari (0310181006)
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang masih memberikan kasih sayang-Nya kepada kita semua, dan begitu juga rahmat dan hidayah-Nya yang tak pernah berhenti dilimpahkan kepada kita semua, sehingga dengan rahmat-Nya itu pulalah makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat beserta salam kita ucapkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad Shallahu`alaihi wa sallam, beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Teori-Teori Belajar”. Dan dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak menemukan hambatan. Tetapi berkat dukungan pihak-pihak yang telah membantu, penulis dapat menyelesaikannya dengan baik. Untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu penulis dalam penulisan makalah ini dengan baik diantaranya :
Bapak Dr. Mardianto, M.Pd. selaku dosen Psikologi Pendidikan
Orang tua, yang telah memberikan semangat dan doa
Teman-teman, yang telah membantu dan memberikan masukan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadarai bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapakan kritikan dan saran yang dapat membangun. Semoga dengan makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca, dan saya ucapkan terimakasih.
Medan, 24 April 2019
Penulis
Abstrak
Learning is a conscious business process carried out by individuals for a change from not knowing to knowing, from not having the attitude of being right, from being unskilled to being skilled at doing something. Theory is a set of azaz about events which contain ideas, concepts, procedures and principles that can be studied, analyzed and tested for truth. So learning theory is a theory in which there are procedures for the application of teaching and learning activities between teachers and students, the design of learning methods that will be implemented in the classroom and outside the classroom
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. Jadi Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
Kata Kunci: Belajar, teori, teori belajar
BAB I
PENDAHULUAN
Teori belajar dimunculkan oleh para psikolog pendidikan setelah mereka mengalami kesulitan untuk menjelaskan proses belajar secara menyeluruh. Sebagian psikolog menghaluskan kesulitan ini dengan istilah : memperjelas pengertian dan proses belajar. Belajar merupakan proses dimana seseorang dari tidak tahu menjadi tahu. Proses belajar ini dimulai sejak manusia masih bayi sampai sepanjang hayatnya.
Kapasitas manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Kajian tentang kapasitas manusia untuk belajar, terutama tentang bagaimana proses belajar terjadi pada manusia mempunyai sejarah panjang dan telah menghasilkan beragam teori. Salah satu teori belajar yang terkernal adalah teori belajar behavioristik (seiring diterjemahkan secara bebas sebagai teori perilaku atau teori tingkah laku).
Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat didefenisikan sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu dengan adanya teori belajar akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan.
BAB II
PEMBAHASAN
Apabila kita berfokus pada konteks pendidikan, maka hampir semua aktivitas yang dilakukan dikawasan ini adalah aktivitas belajar. Belajar sebagai suatu proses juga berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Sehubungan dengan itu, teori belajar merupakan upaya untuk mendeksripsikan atau menggambarkan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang komples dari belajar.
Lalu pertanyaannya, apakah teori belajar itu? Teori belajar merupakan kumpulan prinsip umum yang saling berhubungan dan penjelasan atas sejumlah fakta serta penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar (Rusuli, 2004). Teori belajar merupakan integrasi prinsip-prinsip yang menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar merupakan pengetahuan tentang pengkondisian situasi belajar dalam usaha pencapaian perubahan tingkah laku yang diharapkan. Teori-teori belajar menjadi sumber bagi teori-teori pembelajaran.
Teori belajar menjelaskan bagaimana seorang individu dapat belajar dengan baik dan mengapa terjadi perubahan tingkah laku manusia melalui belajar, tetapi tidak menjelaskan bagaimana teknik dan cara membantu siswa mencapai tujuan pedidikan berdasarkan kaidah-kaidah yang terdapat dalam teori belajar (Sudjana, 1992). Kajian mengenai teori-teori belajar dimaksudkan untuk mencari landasan teoritis yang variatif, cocok, dan berdayaguna dalam pelaksanaan pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar (PBM). Teori-teori ini besar sekali sumbangannya terhadap praktek pendidikan. Teori belajar berpangkal pada pandangan hakikat manusia yang menurut pandangan John Locke,yaitu manusia merupakan organism pasif. Locke menganggap bahwa manusia seperti layaknya kertas putih, hendak ditulis apa kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya.
Teori belajar dikelompokkan menjadi dua, teori sebelum abad ke-20 serta teori belajar selama dan sesudah abad ke-20. Pengelompokkan ini dilakukan karenasebelum abad ke-20, teori belajafr dikembangkan hanya berdasarkan pemikiran filosofis, tanpa dilandasi eksperimen, sedangkan teori belajar abad ke-20 lebih diwakili oleh pandangan Plato dan Aristoteles mengenai hakikat pengetahuan yang berperan sangat penting dalam seajar teori belajar. Bagaimanapun pandangan Plato dan Aristoteles tentang hakikat pengetahuan telah mempengaruhi kecenderungan filsafat yang masih bertahan sampai saat ini. plato percaya bahwa pengetahuan adalah diwariskan, dan karenanya merupakan komponen natural dari pikiran manusia. Menurut Plato, seseorang mendapatkan pengetahuan dengan merenungi isi dan pikiran seseorang. Aristoteles, sebaliknya percaya bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi dan tidak diwariskan. (Hergenhahn & Olson, 2009).
Awalnya hanya ada dua perspektif utama dalam teori belajar abad ke-20, yaitu behavoristik (teori penrilaku), dan kognivistik (teori kognitif), namun kemudian berkembang lagi menjadi tiga dengan masuknya konstruktivistik. Dewasa ini, teori belajar tidak lagi hanya tiga tetapi sudah semakin kompleks dengan adanya teori belajar humanistik, teori belajar sibernetik, teori bejar revolusi-sosiokultural, teori belajar neurosains, dan teori belajar kecerdasan ganda (multiple intellegencies).
Teori belajar bersumber dari aliran-aliran psikologi. Para pakar psikologi saling berbeda dalam menjelaskan mengenai belajar, termasuk cara atau bagaimana aktivitas belajar itu berlangsung. Banyak pakar membuat teori atau paradigma mengenai belajat ataupun pendidikan, dan mereka saling berbeda di dalam merumuskan teori atau konsep-konsep itu. Diversifikasi pemahaman itu dapat kita pahami jika kita lihat dari perspektif filosofinya. Memang dapat diketehui bahwa filsafat merupakan teori umum dan landasan bagi pendidikan itu sendiri, oleh sebab itu hubungan antara keduanya merupakan suatu keharusan (condisio sin quanon).
Landasan psikologi dalam pembelajaran, terutama berkaitan dnegan psikologi/teori belajar-pembelajaran (psychology/theory of learning). Dan psikologi perkembangan (developmental psychology). Psikologi belajar memberikan kontribusi dlaa hal bagaimana kurikulum itu disampaikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan taraf perkembangan siswa tersebut. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari perkembangan kurikulum.
Secara sederhana atau sekilas kita akan mengatakan bahwa masing-masing teori belajar bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Namun pada dasarnya teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana, atau bahakan menjadi teori tersendiri. Harus menjadi kesadaran bahwa dalam kegian belajar ini, semua guru harus mempunyai pandangan/teori belajar sehingga pembelajaran yang dilakukan menjadi terstruktur.
Teori yang dikuasai atau dipahami seorang guru/pendidik akan menjadi kerangka berpikir dalam mengambil suatu keputusan dalam pembelajarannya. Mengingat masing-masing teori belajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda, maka konsekuensinya adalah bahwa dalam aplikasinya juga memiliki perbedaan. Tentu saja bagi guru, tidaklah harus terpaku pada satu teori saja karena pada hakikatnya dari semua teori belajar tersebut tidak ada satupun teori belajar yang sempurna. Masing-masing teori memiliki kelebihan dan kelemahan sendiri, yang lebih penting untuk kita pahami adalah teori mana yang baik untuk diterapkan pada tempat, ruang, dan waktu tertentu lainnya. Pemahan dan pemikiran terbuka seperti ini amatlah penting dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan pembelajaran yang dilakukan.
Ada beberapa teori-teori belajar yaitu sebagai berikut:
Teori Belajar Behaviouristik
Teori belajar behavioristik di kemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka ini sering disebut ”Contemporary behaviorist” atau juga disebut ”S-R psychologists”. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu di kendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi reaksi behavioral dengan stimulasinya.Teori ini juga di sebut dengan aliran tingkah laku. Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan responatau dengan kata lain,belajar adalah perubahan yang di alami siswa dalam hal kemampuanya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai interaksi antara stimulus dan respon.
Psikologi aliran behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori teori tentang belajar yang di pelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson, dan Guthrie. Mereka masing-masing telah mengadakan penelitian yang menghasilkan penemuan penemuan yang berharga mengenai hal belajar.
Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di Amerika Serikat di dominasi oleh pengaruh Thorndike (1874 – 1949). Teori belajar Thorndike ”connectionism” karna belajar merupakan proses pembentukan koneksi koneksi antara stimulus dan respon. Berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1990-an, eksperimen Thorndike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Bedasarkan eksperimenthorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon,itulah sebabnya teori behavioristik juga di sebut ”S-R psychology of learning”. Di samping itu, teori ini juga terkenal dengan sebutan ”trial and Error-learning”.hal ini menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan. Sehubungan dengan eksperimen thorndike tadi,hampir dapat di pastikan bahwa motivasi (seperti rasa belajar)merupakan hal yang sangat vital dalam belajar.
Teori Belajar Humanistik
Psikolog humanistic terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu di pengaruhi dan di imbang ioleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungakan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
Tujuan utama para pendidik ialah membantu siswa mengembangkan dirinya,yaitu membantu masing masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkanpotensi potensi yang ada pada diri meraka.
Bagi penganut teori ini,proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Dari berbagai teori belajar,teori humanistik inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan.Meskipun teoriinisangat menekankan pentingnya ”isi”dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian. Wajar jika teori ini sanagat bersifat eklektik. Teori apapun dapat di manfaatkan asal tujuan untuk ”memanusiakan manusia”(mencapai aktualisasi diri dan sebagainya itu) dapat tercapai
Dari segi isi pelajaran yang harus ada dalam sebuah pembelajaran materi yang dipelajari oleh sisiwa harus mencakup tiga ranah atau kawasan materi. Sebagaimana Bloom dan Krathwohl mengatakan bahwa meteri pembelajaran meliputi aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Sedangkan dari segi tahapan belajar yang harus dilalui oleh siswa terbagi menjadi empat tahapan. Hal ini diutarakan oleh Kolb. Menurutnya, tahapan belajar siswa meliputi tahap pengalaman kongkret, pengamatan aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif. Dan hal yang paling penting dari teori humanistis adalah bahwa penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.
Teori Belajar Progresivisme
Progresivisme menurut bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat.Dalam konteks filsafat pendidikan progresivismeadalahsuatu aliran yang menekankan,bahwa pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepad a subjek didik, tetapi hendaklah berisi aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berfikirmereka sedemikian rupa, sehingga mereka dapat berfiki rsecara sistematis melalui care-care inilah seperti memberikan analisis, pertimbangan, dan perbuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang dihadapi.Progresivismej uga merupakan pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat:
Fleksibel( Tidakkaku, tidakmenolakperubahan,dantidak terikat oleh dokrin tertentu
Curious ( Inginmengetahui, inginmenyelidiki )
Tolerandan open-minded ( Mempunyaihatiterbuka )
Aliran progresivisme memiliki sifat-sifat umum yaitu:
Sifat Negatif
Sifat itu dikatakan negative dalam arti bahwa, progresivisme menolak otoritaris medan absolutisms dalam segala bentuk, seperti misalnya terdapat dalam agama, politik, etika dan epistemologi.
Sifat Positif
Positifdalamarti, bahwa progressivisme menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah dari manusia, kekuatan-kekuatan yang diwarisi oleh manusia sejakia lahir – man's natural powers. Terutama yang dimaksud adalah kekuatan kekuatan manusia untuk terus-menerus melawandan mengatasi kekuatan-kekuatan, takhayul-takhayul dan kegawatan-kegawatan yang timbu ldari lingkungan hidup yang selamanya mengancam.
Progresivisme yakin bahwa manusia mempunyai kesanggupan-kesanggupan untuk mengendalikan hubungannya dengan alam, sanggup meresapi rahasia¬rahasia alam, sanggup menguasa ialam.Namun disamping keyakinan-keyakinan tersebut adajuga kesangian dimana apakahmanusia itusendiri mampu belajar bagaimana mempergunakan kesanggupan itu, tetapimeskipundemikianprogresivismetetapbersikapoptimis, tetap percaya bahwa manusia dapat menguasai seluruh lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungansosial.
Teori Belajar Kognitifisme
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya adalah kata knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, menurut Neisser sebagaimana dikutip Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan Selanjutnya istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan.
Senada dengan hal tersebut dalam Wasty Soemanto disebutkan bahwa para ahli psikologi berpendapat bahwa tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, yaitu suatu perbuatan mengetahui atau perbuatan pikiran terhadap situasi di mana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah.
Menurut teori ini yang utama pada kehidupan manusia adalah mengetahui (knowing) bukan respons. Menurut teori ini perilaku juga penting sebagai indikator, tetapi yang lebih penting adalah berpikir. Sehubungan dengan berpikir, pada manusia terbentuk struktur mental atau organisasi mental. Pengetahuan terbentuk melalui proses pengorganisasian pengetahuan baru dengan struktur yang telah ada, setelah pengetahuan baru tersebut diinterpretasikan oleh struktur yang ada tersebut.
Pencetus aliran kognitivisme adalah Ulric Neisser (1967), dalam sebuah bukunya yang berjudul “cognitive psychology”. Selanjutnya diikuti oleh peneliti yang mengembangkan teori ini seperti Ausubel, Bruner, dan Gagne. (Neissser, 1976). Kognitivisme memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dalam pembelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Sehingga kognitivisme menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Aliran ini telah memberikan kontribusi terhadap penggunaan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar. Berbeda dengan pandangan aliran behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon, aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus dan respon yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Oleh karena itu, menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan lain sebagainya.
Menurut perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah) meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam setiap peristiwa belajar siswa. Secara lahiriah, seorang anak yang sedang belajar membaca dan menulis, misalnya, tentu menggunakan perangkat jasmaniah (dalam hal ini mulut dan tangan) untuk mengucapkan kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi, perilaku mengucapkan kata-kata dan menggoreskan pena yang dilakukan anak tersebut bukan semata-mata respons atas stimulus (rangsangan) yang ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.
Kerangka kerja atau dasar pemikiran dari teori pendidikan kognitivisme adalah rasional. Teori ini memiliki asumsi filosofis, yaitu the way in which we learn. Pengetahuan seseorang diperoleh berdasarkan pemikiran. Dalam buku landasan Pendidikan; Konsep dan Aplikasinya, disebut dengan filosofi Rasionalism.
Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan pandangan filsafat yang pertama kali dikemukakan oleh Giambatista Vico tahun 1710, ia adalah seorang sejarawan Italia yang mengungkapkan filsafatnya dengan berkata ”Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan”. Dia menjelaskan bahwa “mengetahui” berarti “mengetahui bagaimana membuat sesuatu”.Ini berarti bahwa seseorang baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu.
Teori belajar konstruktivistik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman. Dalam proses belajarnya pun, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia melalui interaksi dengan objek, fenomena pengalaman dan lingkungan mereka.Hal ini sesuai dengan pendapat Poedjiadi bahwa “konstruktivisme bertitik tolak dari pembentukan pengetahuan, dan rekonstruksi pengetahuan adalah mengubah pengetahuan yang dimiliki seseorang yang telah dibangun atau dikonstruk sebelumnya dan perubahan itu sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya”.
Prinsip-prinsip konstruktivisme yang diambil adalah (1) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun secara sosial; (2) pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa sendiri untuk bernalar; (3) siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah; (4) guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.
Kaum konstruktivis berpendapat bahwa pengetahuan bukan suatu yang sudah jadi, tetapi merupakan suatu proses menjadi. Misalnya, pengetahuan kita tentang “ayam”, mula-mula dibentuk sejak kita masih kecil ketemu pertama kali dengan ayam. Pengetahuan tentang ayam waktu kecil belum lengkap, tetapi lambat laun makin lengkap di saat kita makin banyak berinteraksi dengan ayam yang ternyata ada bermacam-macam jenisnya, tetapi semua disebut ayam.
Pengetahuan bukan suatu barang yang dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran seseorang (dalam kasus ini pendidik) kepada orang lain atau peserta didik. Bahkan ketika pendidik bermaksud memindahkan konsep, ide, nilai, norma, keterampilan dan pengertian kepada peserta didik, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dibentuk oleh peserta didik sendiri. Tanpa keaktivan peserta didik dalam membentuk pengetahuan, pengetahuan seseorang tidak akan terjadi.
Pengertian Teori belajar konstruktivisme menurut Anita Woolfolk (Benny A. Pribadi, 2009: 156) mengemukakan pendekatan konstruktivistik sebagai "...pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman dan memberi makna terhadap informasi dan peristiwa yang dialami". Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky, yang beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil konstruksi atau bentukan kognitif melalui kegiatan seseorang yang telah dilakukan sehingga membentuk pengalaman. Pendapat ini sesuai dengan pandangan Von Glasrfield Suparno (Ratno Harsono, 2007: 23) yang menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk oleh struktur konsep seseorang sewaktu ia berinteraksi dengan lingkungannya.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa pengetahuan tumbuh dan berkembang dari buah pikiran manusia melalui konstruksi berfikir, bukan melalui transfer dari guru kepada siswa.Oleh karena itu siswa tidak dianggap sebagai tabula rasa atau berotak kosong ketika berada di kelas.Ia telah membawa berbagai pengalaman, pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengkonstruksikan pengetahuan baru atas dasar perpaduan pengetahuan sebelumnya dan pengetahuan yang baru itu dapat menjadi milik mereka.
Teori Belajar Sibernetik
Menurut teori sibernetik belajar adalah mengolah informasi (pesan pembelajaran). Proses belajar dianggap penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang akan diproses dan yang akan dipelajarioleh peserta didik. Oleh karena itu, proses belajar akan sangat ditentukan oleh sistem informasi. Demikian pula cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut teori konstruktivisme pengetahuan bukan merupakan kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek pengalaman, ataupun lingkungannya. Oleh karena itu, dalam belajar harus diciptakan lingkungan yang mengundang atau merangsang perkembangan otak/ kognitif pesrta didik.
Teori multiple intelegences
Multiple intelegences merupakan koreksi terhadap konsep kecerdasan seseorang berdasarkan pada Intelegences Quotient (IQ) yang hanya mengukur kemamp[uan seseorang hanya berdasarkan pola linguistic, matematik logis dan special saja.sedangkan menurut Howard Gardner (1983) manusia mempunya delapan kemampuan jamak (8 ways of knowing multiple intelegences) yaitu verbal/linguistic,logical/mathematical, visual/spatial, intrapersional, interpersonal, musical/rhythmic.bodily/kinesthetic, dan naturalist). Selain itu juga kecerdasan spiritual dan accentual. Setiap individu memiliki kedelapan kecerdasan tersebut, tetapi dalam tingkat yang berbeda-beda. Oleh karena itu dalam pembelajaran dengan mengembangkan keseluruhan kecerdasan itu menjamin peserta didik menjadi juara.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Learning theory is the basis of the occurrence of a learning process that guides the formation of conditions for learning. Learning theory can be defined as the integration of principles that lead in designing conditions for the achievement of educational goals. Therefore, the existence of learning theory will provide convenience for teachers in carrying out learning models that will be implemented.
Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini. Tentunya kami menadari masih banyak kekurangan dan kelemahan pada makalah kami. Penulis akan memperbaiki makalah kami. Semoga apa yang telah kami paparkan menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca.
Daftar Pustaka
Aunurrahman, 2003. Belajar dan Mengajar, Bandung. Alfabeta
Hergenhahn B.R Matthew H. Olson, 2009. Theories of Learning, Jakarta, Kencana
Mardiyanto,2012. Psikologi Pendidikan, Medan, Perdana Publishing.
Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka. Cipta.
Syah ,Muhibbin, 2006. Psikologi Belajar, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Syah, Muhibbin, 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung. PT. Remaja Rosdakarya
(materi raport)
Judul: Teori-Teori Belajar
Disusun sebagai satu tugas struktur yang diwajibkan dalam mengikuti perkuliahan
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Oleh:
Aura Elnisa (0810183144)
Chandrini Faiza Ananda (0310182084)
Seby Anjella (0310183147)
Tiara Wulandari (0310181006)
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang masih memberikan kasih sayang-Nya kepada kita semua, dan begitu juga rahmat dan hidayah-Nya yang tak pernah berhenti dilimpahkan kepada kita semua, sehingga dengan rahmat-Nya itu pulalah makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat beserta salam kita ucapkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad Shallahu`alaihi wa sallam, beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Teori-Teori Belajar”. Dan dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak menemukan hambatan. Tetapi berkat dukungan pihak-pihak yang telah membantu, penulis dapat menyelesaikannya dengan baik. Untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu penulis dalam penulisan makalah ini dengan baik diantaranya :
Bapak Dr. Mardianto, M.Pd. selaku dosen Psikologi Pendidikan
Orang tua, yang telah memberikan semangat dan doa
Teman-teman, yang telah membantu dan memberikan masukan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadarai bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapakan kritikan dan saran yang dapat membangun. Semoga dengan makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca, dan saya ucapkan terimakasih.
Medan, 24 April 2019
Penulis
Abstrak
Learning is a conscious business process carried out by individuals for a change from not knowing to knowing, from not having the attitude of being right, from being unskilled to being skilled at doing something. Theory is a set of azaz about events which contain ideas, concepts, procedures and principles that can be studied, analyzed and tested for truth. So learning theory is a theory in which there are procedures for the application of teaching and learning activities between teachers and students, the design of learning methods that will be implemented in the classroom and outside the classroom
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. Jadi Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
Kata Kunci: Belajar, teori, teori belajar
BAB I
PENDAHULUAN
Teori belajar dimunculkan oleh para psikolog pendidikan setelah mereka mengalami kesulitan untuk menjelaskan proses belajar secara menyeluruh. Sebagian psikolog menghaluskan kesulitan ini dengan istilah : memperjelas pengertian dan proses belajar. Belajar merupakan proses dimana seseorang dari tidak tahu menjadi tahu. Proses belajar ini dimulai sejak manusia masih bayi sampai sepanjang hayatnya.
Kapasitas manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Kajian tentang kapasitas manusia untuk belajar, terutama tentang bagaimana proses belajar terjadi pada manusia mempunyai sejarah panjang dan telah menghasilkan beragam teori. Salah satu teori belajar yang terkernal adalah teori belajar behavioristik (seiring diterjemahkan secara bebas sebagai teori perilaku atau teori tingkah laku).
Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat didefenisikan sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu dengan adanya teori belajar akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan.
BAB II
PEMBAHASAN
Apabila kita berfokus pada konteks pendidikan, maka hampir semua aktivitas yang dilakukan dikawasan ini adalah aktivitas belajar. Belajar sebagai suatu proses juga berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Sehubungan dengan itu, teori belajar merupakan upaya untuk mendeksripsikan atau menggambarkan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang komples dari belajar.
Lalu pertanyaannya, apakah teori belajar itu? Teori belajar merupakan kumpulan prinsip umum yang saling berhubungan dan penjelasan atas sejumlah fakta serta penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar (Rusuli, 2004). Teori belajar merupakan integrasi prinsip-prinsip yang menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar merupakan pengetahuan tentang pengkondisian situasi belajar dalam usaha pencapaian perubahan tingkah laku yang diharapkan. Teori-teori belajar menjadi sumber bagi teori-teori pembelajaran.
Teori belajar menjelaskan bagaimana seorang individu dapat belajar dengan baik dan mengapa terjadi perubahan tingkah laku manusia melalui belajar, tetapi tidak menjelaskan bagaimana teknik dan cara membantu siswa mencapai tujuan pedidikan berdasarkan kaidah-kaidah yang terdapat dalam teori belajar (Sudjana, 1992). Kajian mengenai teori-teori belajar dimaksudkan untuk mencari landasan teoritis yang variatif, cocok, dan berdayaguna dalam pelaksanaan pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar (PBM). Teori-teori ini besar sekali sumbangannya terhadap praktek pendidikan. Teori belajar berpangkal pada pandangan hakikat manusia yang menurut pandangan John Locke,yaitu manusia merupakan organism pasif. Locke menganggap bahwa manusia seperti layaknya kertas putih, hendak ditulis apa kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya.
Teori belajar dikelompokkan menjadi dua, teori sebelum abad ke-20 serta teori belajar selama dan sesudah abad ke-20. Pengelompokkan ini dilakukan karenasebelum abad ke-20, teori belajafr dikembangkan hanya berdasarkan pemikiran filosofis, tanpa dilandasi eksperimen, sedangkan teori belajar abad ke-20 lebih diwakili oleh pandangan Plato dan Aristoteles mengenai hakikat pengetahuan yang berperan sangat penting dalam seajar teori belajar. Bagaimanapun pandangan Plato dan Aristoteles tentang hakikat pengetahuan telah mempengaruhi kecenderungan filsafat yang masih bertahan sampai saat ini. plato percaya bahwa pengetahuan adalah diwariskan, dan karenanya merupakan komponen natural dari pikiran manusia. Menurut Plato, seseorang mendapatkan pengetahuan dengan merenungi isi dan pikiran seseorang. Aristoteles, sebaliknya percaya bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi dan tidak diwariskan. (Hergenhahn & Olson, 2009).
Awalnya hanya ada dua perspektif utama dalam teori belajar abad ke-20, yaitu behavoristik (teori penrilaku), dan kognivistik (teori kognitif), namun kemudian berkembang lagi menjadi tiga dengan masuknya konstruktivistik. Dewasa ini, teori belajar tidak lagi hanya tiga tetapi sudah semakin kompleks dengan adanya teori belajar humanistik, teori belajar sibernetik, teori bejar revolusi-sosiokultural, teori belajar neurosains, dan teori belajar kecerdasan ganda (multiple intellegencies).
Teori belajar bersumber dari aliran-aliran psikologi. Para pakar psikologi saling berbeda dalam menjelaskan mengenai belajar, termasuk cara atau bagaimana aktivitas belajar itu berlangsung. Banyak pakar membuat teori atau paradigma mengenai belajat ataupun pendidikan, dan mereka saling berbeda di dalam merumuskan teori atau konsep-konsep itu. Diversifikasi pemahaman itu dapat kita pahami jika kita lihat dari perspektif filosofinya. Memang dapat diketehui bahwa filsafat merupakan teori umum dan landasan bagi pendidikan itu sendiri, oleh sebab itu hubungan antara keduanya merupakan suatu keharusan (condisio sin quanon).
Landasan psikologi dalam pembelajaran, terutama berkaitan dnegan psikologi/teori belajar-pembelajaran (psychology/theory of learning). Dan psikologi perkembangan (developmental psychology). Psikologi belajar memberikan kontribusi dlaa hal bagaimana kurikulum itu disampaikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan taraf perkembangan siswa tersebut. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari perkembangan kurikulum.
Secara sederhana atau sekilas kita akan mengatakan bahwa masing-masing teori belajar bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Namun pada dasarnya teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana, atau bahakan menjadi teori tersendiri. Harus menjadi kesadaran bahwa dalam kegian belajar ini, semua guru harus mempunyai pandangan/teori belajar sehingga pembelajaran yang dilakukan menjadi terstruktur.
Teori yang dikuasai atau dipahami seorang guru/pendidik akan menjadi kerangka berpikir dalam mengambil suatu keputusan dalam pembelajarannya. Mengingat masing-masing teori belajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda, maka konsekuensinya adalah bahwa dalam aplikasinya juga memiliki perbedaan. Tentu saja bagi guru, tidaklah harus terpaku pada satu teori saja karena pada hakikatnya dari semua teori belajar tersebut tidak ada satupun teori belajar yang sempurna. Masing-masing teori memiliki kelebihan dan kelemahan sendiri, yang lebih penting untuk kita pahami adalah teori mana yang baik untuk diterapkan pada tempat, ruang, dan waktu tertentu lainnya. Pemahan dan pemikiran terbuka seperti ini amatlah penting dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan pembelajaran yang dilakukan.
Ada beberapa teori-teori belajar yaitu sebagai berikut:
Teori Belajar Behaviouristik
Teori belajar behavioristik di kemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka ini sering disebut ”Contemporary behaviorist” atau juga disebut ”S-R psychologists”. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu di kendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi reaksi behavioral dengan stimulasinya.Teori ini juga di sebut dengan aliran tingkah laku. Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan responatau dengan kata lain,belajar adalah perubahan yang di alami siswa dalam hal kemampuanya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai interaksi antara stimulus dan respon.
Psikologi aliran behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori teori tentang belajar yang di pelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson, dan Guthrie. Mereka masing-masing telah mengadakan penelitian yang menghasilkan penemuan penemuan yang berharga mengenai hal belajar.
Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di Amerika Serikat di dominasi oleh pengaruh Thorndike (1874 – 1949). Teori belajar Thorndike ”connectionism” karna belajar merupakan proses pembentukan koneksi koneksi antara stimulus dan respon. Berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1990-an, eksperimen Thorndike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Bedasarkan eksperimenthorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon,itulah sebabnya teori behavioristik juga di sebut ”S-R psychology of learning”. Di samping itu, teori ini juga terkenal dengan sebutan ”trial and Error-learning”.hal ini menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan. Sehubungan dengan eksperimen thorndike tadi,hampir dapat di pastikan bahwa motivasi (seperti rasa belajar)merupakan hal yang sangat vital dalam belajar.
Teori Belajar Humanistik
Psikolog humanistic terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu di pengaruhi dan di imbang ioleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungakan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
Tujuan utama para pendidik ialah membantu siswa mengembangkan dirinya,yaitu membantu masing masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkanpotensi potensi yang ada pada diri meraka.
Bagi penganut teori ini,proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Dari berbagai teori belajar,teori humanistik inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan.Meskipun teoriinisangat menekankan pentingnya ”isi”dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian. Wajar jika teori ini sanagat bersifat eklektik. Teori apapun dapat di manfaatkan asal tujuan untuk ”memanusiakan manusia”(mencapai aktualisasi diri dan sebagainya itu) dapat tercapai
Dari segi isi pelajaran yang harus ada dalam sebuah pembelajaran materi yang dipelajari oleh sisiwa harus mencakup tiga ranah atau kawasan materi. Sebagaimana Bloom dan Krathwohl mengatakan bahwa meteri pembelajaran meliputi aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Sedangkan dari segi tahapan belajar yang harus dilalui oleh siswa terbagi menjadi empat tahapan. Hal ini diutarakan oleh Kolb. Menurutnya, tahapan belajar siswa meliputi tahap pengalaman kongkret, pengamatan aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif. Dan hal yang paling penting dari teori humanistis adalah bahwa penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.
Teori Belajar Progresivisme
Progresivisme menurut bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat.Dalam konteks filsafat pendidikan progresivismeadalahsuatu aliran yang menekankan,bahwa pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepad a subjek didik, tetapi hendaklah berisi aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berfikirmereka sedemikian rupa, sehingga mereka dapat berfiki rsecara sistematis melalui care-care inilah seperti memberikan analisis, pertimbangan, dan perbuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang dihadapi.Progresivismej uga merupakan pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat:
Fleksibel( Tidakkaku, tidakmenolakperubahan,dantidak terikat oleh dokrin tertentu
Curious ( Inginmengetahui, inginmenyelidiki )
Tolerandan open-minded ( Mempunyaihatiterbuka )
Aliran progresivisme memiliki sifat-sifat umum yaitu:
Sifat Negatif
Sifat itu dikatakan negative dalam arti bahwa, progresivisme menolak otoritaris medan absolutisms dalam segala bentuk, seperti misalnya terdapat dalam agama, politik, etika dan epistemologi.
Sifat Positif
Positifdalamarti, bahwa progressivisme menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah dari manusia, kekuatan-kekuatan yang diwarisi oleh manusia sejakia lahir – man's natural powers. Terutama yang dimaksud adalah kekuatan kekuatan manusia untuk terus-menerus melawandan mengatasi kekuatan-kekuatan, takhayul-takhayul dan kegawatan-kegawatan yang timbu ldari lingkungan hidup yang selamanya mengancam.
Progresivisme yakin bahwa manusia mempunyai kesanggupan-kesanggupan untuk mengendalikan hubungannya dengan alam, sanggup meresapi rahasia¬rahasia alam, sanggup menguasa ialam.Namun disamping keyakinan-keyakinan tersebut adajuga kesangian dimana apakahmanusia itusendiri mampu belajar bagaimana mempergunakan kesanggupan itu, tetapimeskipundemikianprogresivismetetapbersikapoptimis, tetap percaya bahwa manusia dapat menguasai seluruh lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungansosial.
Teori Belajar Kognitifisme
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya adalah kata knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, menurut Neisser sebagaimana dikutip Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan Selanjutnya istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan.
Senada dengan hal tersebut dalam Wasty Soemanto disebutkan bahwa para ahli psikologi berpendapat bahwa tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, yaitu suatu perbuatan mengetahui atau perbuatan pikiran terhadap situasi di mana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah.
Menurut teori ini yang utama pada kehidupan manusia adalah mengetahui (knowing) bukan respons. Menurut teori ini perilaku juga penting sebagai indikator, tetapi yang lebih penting adalah berpikir. Sehubungan dengan berpikir, pada manusia terbentuk struktur mental atau organisasi mental. Pengetahuan terbentuk melalui proses pengorganisasian pengetahuan baru dengan struktur yang telah ada, setelah pengetahuan baru tersebut diinterpretasikan oleh struktur yang ada tersebut.
Pencetus aliran kognitivisme adalah Ulric Neisser (1967), dalam sebuah bukunya yang berjudul “cognitive psychology”. Selanjutnya diikuti oleh peneliti yang mengembangkan teori ini seperti Ausubel, Bruner, dan Gagne. (Neissser, 1976). Kognitivisme memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dalam pembelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Sehingga kognitivisme menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Aliran ini telah memberikan kontribusi terhadap penggunaan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar. Berbeda dengan pandangan aliran behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon, aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus dan respon yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Oleh karena itu, menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan lain sebagainya.
Menurut perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah) meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam setiap peristiwa belajar siswa. Secara lahiriah, seorang anak yang sedang belajar membaca dan menulis, misalnya, tentu menggunakan perangkat jasmaniah (dalam hal ini mulut dan tangan) untuk mengucapkan kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi, perilaku mengucapkan kata-kata dan menggoreskan pena yang dilakukan anak tersebut bukan semata-mata respons atas stimulus (rangsangan) yang ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.
Kerangka kerja atau dasar pemikiran dari teori pendidikan kognitivisme adalah rasional. Teori ini memiliki asumsi filosofis, yaitu the way in which we learn. Pengetahuan seseorang diperoleh berdasarkan pemikiran. Dalam buku landasan Pendidikan; Konsep dan Aplikasinya, disebut dengan filosofi Rasionalism.
Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan pandangan filsafat yang pertama kali dikemukakan oleh Giambatista Vico tahun 1710, ia adalah seorang sejarawan Italia yang mengungkapkan filsafatnya dengan berkata ”Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan”. Dia menjelaskan bahwa “mengetahui” berarti “mengetahui bagaimana membuat sesuatu”.Ini berarti bahwa seseorang baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu.
Teori belajar konstruktivistik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman. Dalam proses belajarnya pun, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia melalui interaksi dengan objek, fenomena pengalaman dan lingkungan mereka.Hal ini sesuai dengan pendapat Poedjiadi bahwa “konstruktivisme bertitik tolak dari pembentukan pengetahuan, dan rekonstruksi pengetahuan adalah mengubah pengetahuan yang dimiliki seseorang yang telah dibangun atau dikonstruk sebelumnya dan perubahan itu sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya”.
Prinsip-prinsip konstruktivisme yang diambil adalah (1) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun secara sosial; (2) pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa sendiri untuk bernalar; (3) siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah; (4) guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.
Kaum konstruktivis berpendapat bahwa pengetahuan bukan suatu yang sudah jadi, tetapi merupakan suatu proses menjadi. Misalnya, pengetahuan kita tentang “ayam”, mula-mula dibentuk sejak kita masih kecil ketemu pertama kali dengan ayam. Pengetahuan tentang ayam waktu kecil belum lengkap, tetapi lambat laun makin lengkap di saat kita makin banyak berinteraksi dengan ayam yang ternyata ada bermacam-macam jenisnya, tetapi semua disebut ayam.
Pengetahuan bukan suatu barang yang dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran seseorang (dalam kasus ini pendidik) kepada orang lain atau peserta didik. Bahkan ketika pendidik bermaksud memindahkan konsep, ide, nilai, norma, keterampilan dan pengertian kepada peserta didik, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dibentuk oleh peserta didik sendiri. Tanpa keaktivan peserta didik dalam membentuk pengetahuan, pengetahuan seseorang tidak akan terjadi.
Pengertian Teori belajar konstruktivisme menurut Anita Woolfolk (Benny A. Pribadi, 2009: 156) mengemukakan pendekatan konstruktivistik sebagai "...pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman dan memberi makna terhadap informasi dan peristiwa yang dialami". Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky, yang beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil konstruksi atau bentukan kognitif melalui kegiatan seseorang yang telah dilakukan sehingga membentuk pengalaman. Pendapat ini sesuai dengan pandangan Von Glasrfield Suparno (Ratno Harsono, 2007: 23) yang menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk oleh struktur konsep seseorang sewaktu ia berinteraksi dengan lingkungannya.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa pengetahuan tumbuh dan berkembang dari buah pikiran manusia melalui konstruksi berfikir, bukan melalui transfer dari guru kepada siswa.Oleh karena itu siswa tidak dianggap sebagai tabula rasa atau berotak kosong ketika berada di kelas.Ia telah membawa berbagai pengalaman, pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengkonstruksikan pengetahuan baru atas dasar perpaduan pengetahuan sebelumnya dan pengetahuan yang baru itu dapat menjadi milik mereka.
Teori Belajar Sibernetik
Menurut teori sibernetik belajar adalah mengolah informasi (pesan pembelajaran). Proses belajar dianggap penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang akan diproses dan yang akan dipelajarioleh peserta didik. Oleh karena itu, proses belajar akan sangat ditentukan oleh sistem informasi. Demikian pula cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut teori konstruktivisme pengetahuan bukan merupakan kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek pengalaman, ataupun lingkungannya. Oleh karena itu, dalam belajar harus diciptakan lingkungan yang mengundang atau merangsang perkembangan otak/ kognitif pesrta didik.
Teori multiple intelegences
Multiple intelegences merupakan koreksi terhadap konsep kecerdasan seseorang berdasarkan pada Intelegences Quotient (IQ) yang hanya mengukur kemamp[uan seseorang hanya berdasarkan pola linguistic, matematik logis dan special saja.sedangkan menurut Howard Gardner (1983) manusia mempunya delapan kemampuan jamak (8 ways of knowing multiple intelegences) yaitu verbal/linguistic,logical/mathematical, visual/spatial, intrapersional, interpersonal, musical/rhythmic.bodily/kinesthetic, dan naturalist). Selain itu juga kecerdasan spiritual dan accentual. Setiap individu memiliki kedelapan kecerdasan tersebut, tetapi dalam tingkat yang berbeda-beda. Oleh karena itu dalam pembelajaran dengan mengembangkan keseluruhan kecerdasan itu menjamin peserta didik menjadi juara.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Learning theory is the basis of the occurrence of a learning process that guides the formation of conditions for learning. Learning theory can be defined as the integration of principles that lead in designing conditions for the achievement of educational goals. Therefore, the existence of learning theory will provide convenience for teachers in carrying out learning models that will be implemented.
Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini. Tentunya kami menadari masih banyak kekurangan dan kelemahan pada makalah kami. Penulis akan memperbaiki makalah kami. Semoga apa yang telah kami paparkan menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca.
Daftar Pustaka
Aunurrahman, 2003. Belajar dan Mengajar, Bandung. Alfabeta
Hergenhahn B.R Matthew H. Olson, 2009. Theories of Learning, Jakarta, Kencana
Mardiyanto,2012. Psikologi Pendidikan, Medan, Perdana Publishing.
Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka. Cipta.
Syah ,Muhibbin, 2006. Psikologi Belajar, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Syah, Muhibbin, 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung. PT. Remaja Rosdakarya
Komentar
Posting Komentar